Kala Itu
- takkasatmata
- Nov 29, 2018
- 3 min read

ini pengalaman pribadi saya sewaktu saya SMP, sewaktu SMP saya mengikuti kegiatan pramuka, kebetulan saat itu sedang diadakan acara diklat dan pelantikan untuk anggota baru anak-anak kelas 7 di hari jumat dan sabtu di sekolah (otomatis kami harus menginap). sebagai kakak kelas, saya ikut dalam acara tersebut, dan berdasarkan perencana di siang hari adalah acara diklat dan malam hari adalah acara api unggun. Berhubung sekolah SMP saya menjadi satu dengan bekas sekolah SMK makanya sekolah saya terasa sangat luas.
Kami mengadakan api unggun di lapangan upacara, kami memakai drum tak terpakai untuk membakar kayu di dalamnya agar tak berbekas di lapangan. Lapangannya berbentuk persegi panjang, di sisi kanan tiang bendera terdapat pohon beringin yang ekstra besar sedangkan di sebelah kirinya terdapat pohon yang bisa di bilang besar dan banyak di lilit tali putri (tanaman merambat seperti tali).
Ketika acara puncak pukul setengah sembilan saya di panggil oleh kakak kelas untuk ikut dalam acara berikutnya yaitu jurit malam. Ada sekitar 20 orang yang ikut berkumpul saat itu (kelas 9 dan keas 8) dan masing-masing post di minta untuk berpasangan minimal 3 orang, terdapat 6 post yang ada, artinya ada yang tiga orang dan ada yang 4 orang, dan acara jurit malam akan di laksanakan pukul 11 malam.
Saya mendapat bagian post di depan gerbang di bawah pohon yang entah namanya apa, tapi ukurannya sangat besar dan menjulang tinggi, bisa bersaing dengan pohon beringin di samping lapangan. Post saya kan ada 4 (saya, kakak kelas perempuan 2 orang dan 1 orang kakak kelas laki-laki) orang dan hanya saya yang kelas 8.
Pukul setengah sebelas, sudah waktunya bagi kami menunggu post masing-masing. Karena saya tidak terlalu akrab dengan kakak kelas, pada akhirnya saya berjalan sendiri ke post saya. Perjalanan saya ke post saya harus melewati pohon besar yang di tutupi tali putri di samping lapangan. Dalam perjalanan saya merasa sepi sekali dan terasa sangat aneh, karena seharusnya yang lain sudah mengisi post mereka masing-masing, tapi sejauh mata memandang saya tidak melihat siapapun. Mendekati pohon itu saya melihat seorang perempuan mengenakan pakaian olah raga berdiri di samping pohon dengan muka menghadap ke bawah, kalau di lihat dari pakaiannya pasti kelas 7 menurutku.
“Kamu ngapain disini, acara berikutnya sudah mau di mulai kan” kata saya, tapi tidak ada balasan sama sekali, saya memegang bahunya terasa dingin. “Kamu kenapa? Habis di kerjain teman kamu ya dik” lanjut saya. “Saya panggil kakak kelas ya sebentar” dan dia masih tidak menjawab.
Karena tidak mau pikir panjang saya meninggalkan dia begitu saja dan menuju post saya dengan harapan ada kakak kelas yang sudah menunggu di sana. Dalam beberapa langkah saya bisa melihat post tempat saya akan berjaga dan bagusnya ada kakak kelas perempuan yang sudah menunggu di sana sendirian tapi entah kenapa memakai baju putih panjang padahal harusnya pramuka lengkap, tanpa basa basi saya langsung berteriak.
“Kak, bantuin kak ada yang di tinggal nih”.
Tiba-tiba saya di pukul di kepala dari belakang.
“Kamu tuh ya malam-malam teriak kayak gitu nanti di samperin kuntilanak baru tahu rasa” kata kakak perempuan yang memukul saya.
Secara otomatis saya melihat kebelakang dan merasa aneh ada 3 orang dan tiga orang itu adalah kakak kelas yang akan berjaga bersama saya. Dengan spontan “lah kak itu siapa? Sambil menunjuk ke arah pohon dan melihat tidak ada siapa-siapa, lah kak tadi ada orang di bawah pohon, cewek baju putih saya kira itu kakak yang nunggu tapi kok sekarang gak ada ya?” lanjut saya.
Mereka bertiga yang mendengar omongan saya menatap bingung tanpa bicara. Karena saya tidak pikir panjang saya timpah lagi.
“Terus kakak lewat mana tadi, itu di bawah pohon ada perempuan badannya dingin banget kak, kayaknya habis di ledek sama teman-temannya deh”.
Kami berempat melihat pohon yang aku maksud dan tidak melihat siapapun.
“Lah kok hilang, cepat banget hilangnya” kataku.
Kakak kelas masih diam tanpa kata kemudian menarikku kembali ke kelas tempat berkumpulnya yang lain. Setelah bercerita panjang lebar secara detail dengan guru yang mendampingi dan kakak kelas yang lain, akhirnya acara tersebut di batalkan dan sampai akhir acara di pagi hari saya masih bertanya-tanya dalam hati kenapa acaranya di batalkan. Sampai ada adik kelas bertanya dengan tampang penasaran ke saya.
loading...
“Kak, tadi malam benaran lihat setan?”.
Dan saat itu pula sadar akan apa yang terjadi semalam dan langsung merasakan merinding di sekujur tubuh, pada akhirnya saya hanya bisa membalas “heh” kepada mereka. Sekian.
Comments